Media Sosial dan Revolusi publik

Media sosial belakangan ini akrab di masyarakat dunia tidak terkecuali di Indonesia. Media sosial adalah sebuah media online dimana para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, sosial network atau jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Umumnya kita hanya mengenal blog, jejaring sosial yang sering digunakan. Tetapi jejaring sosial belakangan ini semain berkembang dan terkenal dalam masyarakat. Hampir setiap orang memiliki akun jejaring sosial seperti akun facebook, twitter, my space.

Tahukah anda media sosial yang sudah kita kenal dapat menyebabkan dampak yang signifikan? Ya, bahkan media sosial dapat menyebabkan revolusi publik. Banyak contoh bahwa media sosial dapat menggerakan publik. Di Indonesia contoh kasus perseteruan antara KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dengan POLRI (kasus cicak vs buaya) adalah 1 contoh dari media sosial dapat menimbulkan revolusi publik. Dalam kasus ini muncul gerakan 1 juta facebookers yang mendukung pemimpin KPK dan menyebabkan massa dalam jumlah besar turun ke jalan untuk demonstrasi menuntut pemimpin KPK dibebaskan. Dan hasilnya para pemimpin KPK pun dibebaskan oleh POLRI. Hanya berawal dari facebook semua ini dapat terjadi, ini membuktikan pengaruhmedia sosial yang kuat.

Selain itu banyak contoh kasus di dunia tentang media sosial dan revolusi publik. Contoh kasus Khaled Said yang dianggap sebagai pahlawan revolusi mesir. Bahkan dengan 1 tweet di twitter dapat menggerakan ratusan ribu massa di mesir untuk turun ke jalan. Tak hanya ini ada 1 lagibukti bahwa media sosial sangat berpengaruh dimana media sosial dianggap alat kampanye paling sukses yang mengantarkan presiden Obama ke gedung putih.

Kesimpulannya adalah media sosial menjadi alat baru sebagai media informasi, pengetahuan, komunikasi dan juga media propaganda, dimana semua itu dapat menybabkan terjadinya revolusi. Media sosial menjadi kekuatan baru publik dan sangat “powerfull”.